PERANG YANG TAK BERKESUDAHAN
“Perang – perang lagi, semakin menjadi. Derita ini hari, derita jerit pengungsi”
Mungkin sepenggal lirik lagu dari Iwan Fals inilah yang menjadi gambaran, bagaimana keadaan rakyat Palestina yang terus tertindas oleh serangan tentara zionis bangsa Israel yang semakin hari semakin menunjukkan kebengisannya dalam menjajah bangsa Palestina demi untuk bisa menguasai wilayah yang telah dianggapnya sebagai warisan dari leluhur terdahulu mereka.
Perang yang terjadi menurut sejarah mulai terjadi sekitar 31 tahun yang lalu ketika pada tahun 1967 Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria yang kemudian mereka berhasil merennut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), tepi barat dan Yerussalem (Yordania). Hingga sekarang kata perdamaian bagi kedua belah pihak ini sepertinya jauh dari harapan. Ditambah lagi dengan ketidaksepakatan tentang masa depan Palestina dan hubungannya dengan Israel di antara fraksi-fraksi di Palestina sendiri.
Namun ada beberapa situs di internet yang mengatakan bahwasannya peperangan yang terjadi antara Israel dan Palestina ini dimulai sejak tahun 1948. Meskipun seperti itu tetap saja hal ini menjadi sangat memprihatinkan karena sebenarnya tanah yang mereka pijak saat ini merupaka tanah yang dulu pernah menjadi kiblat umat muslin sebelum akhirnya dipindahkan ke Ka’bah di Masjidil Haram Mekkah.
Mengingat segala perjuangan masyarakat bangsa Palestina untuk tetap mempertahankan tanah leluhurnya sampai pada darah penghabisan, serta kerakusan rezim zionis yang semakin menjadi untuk menguasai wilayah Palestina hingga tak bersisa menjadi alasan kuat mengapa peperangan ini semakin jauh dari kata perdamaian. Masyarakat dunia, khususnya Negara-negara Arab yang semula memihak penuh terhadap bangsa Palestina akhirnya hanya bisa berdiam diri mengingat perjuangan bangsa Palestina menghadapi rezim zionis yang didukung mutlak oleh Amerika Serikat (AS). Negara-negara Arab melihat Palestina bukan lagi bangsa lemah yang harus didukung sepenuhnya oleh sesama bangsa Arab, tapi sudah sebagai negara yang berdaulat dan mempunyai kekuatan sendiri, terutama sejak berdirinya negara Palestina secara resmi pada tanggal 15 Nopember 1988.
Apabila diringkas, ada dua penyebab ketidakjelasan konflik antara Palestina dan Israel, yakni:
1. Perbedaan yang menonjol dan prinsip berupa pengakuan akan keberadaan kedua negara dan bangsa tersebut di mata mereka sendiri khususnya, dan di mata negara-negara lain di dunia termasuk Amerika Serikat yang sampai saat ini masih berpihak kepada pemerintah Israel.
2. Kedudukan kota Jerusalem dengan mesjid Alaqsanya sebagai tempat ibadah dan bersejarah bagi kedua bangsa yang secara umum berbeda agama tersebut.
Dunia arab dan dunia Islam memandang bangsa Palestina adalah pemilik sah tanah air mereka. Sedangkan bangsa Yahudi adalah bangsa yang tidak memiliki tanah air dan menolak serta keluar dari tanah perjanjian (Holy Land) yang dijanjikan Tuhan sesuai dengan berita di kitab suci.
Kedaulatan bangsa Palestina dengan berdirinya negara Palestina merdeka yang diproklamirkan di Aljazair ternyata tidak sepenuhnya diakui oleh Israel. Israel menganggap Jerusalem dan Gaza sebagai bagian dari tanah perjanjian seperti yang disebutkan di dalam kitab suci mereka, yang masih dikuasai oleh bangsa Palestina. Inilah alasan kenapa bangsa Yahudi dengan semangat zionismenya lebih memilih tanah Palestina sebagai tempat untuk mendirikan negara.
Amerika Serikat sendiri masih menerapkan standar ganda dalam hal ini. Sebagai anggota dewan keamanan PBB mengakui legalitas negara Palestina, namun di sisi lain membantu Israel secara politik, militer dan ekonomi untuk menguasai Palestina.
Dunia arab dan Islam menganggap berdirinya negara Israel adalah bentuk dari pemaksaan atas keberadaan orang-orang Yahudi di tanah Palestina. Bagi bangsa Palestina rezim zionis Israel dan bangsa Yahudinya adalah penjajah yang mendatangi dan ingin merebut tanah air mereka, bukan sebuah negara tetangga yang sedang bertengkar dengan mereka. Bagi para pejuang Palestina peperangan yang mereka lakukan adalah sebuah perjuangan heroik mempertahankan keberadaan tanah air dan bangsanya, persis seperti pejuangan kita memerdekan diri dari penjajah Belanda dan Jepang.
Memang benar perang antara Palestina dan Israel bukan perang agama, tetapi tidak bisa dilepaskan dari sebab-sebab pemikiran keagamaan yang berasal dari kitab suci. Alasan utama mereka berperang adalah memperebutkan tanah air, termasuk juga daerah Jerusalem yang merupakan tempat suci bagi tiga agama samawi di dunia, di mana di sana berdiri mesjid Alaqsa (Alharam alqudsi ashsharif) yang dijadikan tempat ibadah umat Islam atau disebut juga sebagai Bukit Bait Allah (The Temple Mount / Har ha-Bayit) bagi umat Yahudi dan Nasrani. Dan terkenal dengan dinding ratapan (The Western Wall/The Wailing wall/Ha Kotel Ha Ma’aravi) yang terletak di sebelah barat masjid Alaqsa sebagai tempat ibadah umat Yahudi, atau disebut Alburaq Wall oleh kaum Muslimin.
Perhatikan kegiatan pemerintah Israel yang mengadakan pembongkaran dan penggalian di bagian dinding ratapan yang nota bene bagian dari mesjid Alaqsa. Perhatikan juga kata-kata Theodore Herzl (merupakan pengulangan sumpah tua dari para Talmudis) pada pembukaan Konggres Zionis Dunia di Basel, Swiss pada tahun 1897: "Jika aku melupakanmu, Oh, Yerusalem, maka tangan kananku ini tidak akan bisa melakukan apa pun". all

Tidak ada komentar:
Posting Komentar