Ketika kartini bukan satu-satunya
Sosok Wanita-Wanita Tegar Dibalik Pedang
Sosok kartini adalah sosok yang dapat dijadikan inspirasi setiap wanita, dengan berbagai semangat, kegigihannya juga kecerdasannya dalam memberikan keberanian wanita indonesia untuk memulai sesuatu yang beru dalam kehidupannya. Karena itu setiap Tanggal 21 April seperti biasa diperingati sebagai hari Kartini, namun kita melupakan sosok wanita-wanita lain yang juga berjuang dan mendedikasikan hidupnya untuk bangsa dan negara. Wanita-wanita tersebut berasal dari tanah kita sendiri dan inilah wanita heroik yang pantas juga disebut sebagai pahlawan wanita indonesia.
Bagi beberapa yang mengenal wanita ini adalah seorang wanita yang sangat tegar, Ratu Nahrisyah merupakan ratu kedua dari Kerajaan Samudra Pase. Pada saat pertempuran dengan kerajaan nakur, suami beliau tewas. Ratu pun bersumpah di hadapan rakyatnya: “ Siapapun yang dapat membunuh Raja Nakur, saya bersedia untuk menikah dengannya dan memerintah kerajaan ini bersama suami saya tersebut.” Hingga pada akhirnya seorang pejabat bernama Panglima Laot kerajaan yang bernama Salahuddin, bersedia mengemban tugas tersebut, dan iapun berhasil membunuh raja Nakur.
Tak hanya itu, Nahrisyah juga menjalin persahabatan dengan laksamana cheng ho ini terbukti dari hadiah yang dibawa oleh laksaman tersebut yaitu lonceng besar ‘Cakra donya’. Dan tepat pada hari wafatnya beliau disatukannya Kerajaan Samudra Pase disatukan dengan Aceh Raya Darussalam oleh Sulthan Ali Mughatsyah di tahun 1530 masehi.
Wanita selanjutnya adalah, Laksamana Keumalahayati beliau adalah wanita pertama di dunia
yang pernah menjadi seorang laksamana. Wanita yang lahir pada masa kejayaan Aceh ini, memiliki cita-cita sebagai pelaut meskipun secara fisik ia wanita, namun ia tetap ingin menjadi seorang pelaut yang gagah berani sebagaimana ayah dan kakeknya tersebut. Pada pertempuran di perairan malaka Keumalahayati kehilangan suaminya, dan beliau pun bertekad meneruskan perjuangan suaminya.
Karena itu Laksamana Keumalahayati meminta kepada Sultan al-Mukammil untuk membentuk armada Aceh yang semua prajuritnya adalah wanita-wanita janda karena suami mereka gugur dalam Perang Teluk Haru. Dan saat itu beliau diangkat sebagai laksamana. Dibawah kepemimpinannya Kesultanan Aceh Darussalam memiliki perlengkapan armada laut yang di antaranya terdiri dari 100 buah kapal (galey) dengan kapasitas penumpang 400-500 orang. Walaupun karyanya bukan berbentuk tulisan, namun Ia pernah membangun Benteng Inong Balee dengan tinggi 100 meter dari permukaan laut. Tembok benteng menghadap ke laut dengan lebar 3 meter dengan lubang-lubang meriam yang moncongnya mengarah ke pintu teluk. Dan wanita tangguh ini juga berhasil membunuh Cornelis de Houtman, salah seorang pemimpin kapal Belanda.
Di tanah sunda tepatnya di daerah Sumedang, sosok tua Tjoe
t Njak Dien tak banyak diketahui oleh banyak penduduk sumedang. Kedatangannya sebagai tahanan politik tak menjauhkan beliau dari masyarakat. Meskipun secara fisik beliau sudah tua renta dan bermata rabun, namun ia masih mau mengajari mengaji dan memberiakn pengetahuan juga ilmu kepada masyarakat disekitarnya. Sehingga masyarakat sekitar memanggilnya dengan sebutan “perbu”.
Kembali menilik kebelakang, Tjoet Njak Dien dibesarkan dalam lingkungan dengan suasana perang Aceh. Sebuah peperangan yang panjang dan melelahkan. Sehingga perjuangannya selalu dilandasi keyakinan agama serta perasaan benci yang mendalam dan meluap-luap kepada kaum kafir yang merusak tanah rencong tersebut.
Sejak meninggalnya Teuku Umar, selama 6 tahun Tjoet Njak Dien mengordinasikan serangan besar-besaran terhadap beberapa kedudukan Belanda. Segala barang berharga yang dimilinya pun habis untuk peperangan.
Dan perjuangan Tjoet Njak Dien menimbulkan rasa takjub para pakar sejarah asing, sehingga banyak buku yang melukiskan kehebatan pejuang wanita ini. Zentgraaff mengatakan, para wanita lah yang merupakan de leidster van het verzet (pemimpin perlawanan) terhadap Belanda dalam perang besar itu. Aceh mengenal Grandes Dames (wanita-wanita besar) yang memegang peranan penting dalam berbagai sektor.
begitu juga di akhir kehidupan beliau juga masih berjuang dengan memerangi kebodohan karena kebodohan adalah perang mutlak yang harus dibasmi dan salah satunya dengan pendidikan dan pengetahuan yang selalu dipelajari terus menerus tanpa henti.
Meskipun masih banyak pahlawan-pahalawan wanita lain yang tidak bisa diceritakan satu-persatu, namun sekarang kita dapat melihat selain kartini yang berjuang untuk bangsa, ternyata masih ada wanita-wanita tangguh lain yang juga berjuang dan menjadi inspirasi bagi bangsa kita. zhu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar