Pendidikan Untuk Penerus Kartini
Beberapa hari yang lalu, semua warga indonesia memperingati hari kartini, di daerah sidoarjo misalnya, para polisi wanita yang bertugas pada hari itu serentak memperingati hari kartini, dengan menggunakan selempang bertuliskan selamat hari kartini juga dengan gambar kecil ibu kartini yang anggun, walaupun saat ini peringatan hari kartini mulai diperdebatkan, dikarenakan perjuangan ibu kartini yang tidak memanggul senjata, sebagai media untuk berjuang. Dan banyaknya pejuang wanita lainnya yang tidak diperingati, juga adanya kesamaan anta
ra hari kartini dan hari ibu.
Terlepas dari itu semua, kartini memang sosok dengan pola pikir yang bisa membawa seseorang untuk terus maju dan berkembang. Terutama menginspirasi para wanita bahwa ”seorang wanita bisa mendapatkan hak yang sama dengan pria”.
Persetaraan gender atau yang biasa dikenal dengan emansipasi wanita memang terjadi diseluruh belahan indonesia, maka tak heran bila kita menemukan wanita yang bekerja sebagai direktur disebuah perusahaan, sebagai polisi wanita, bahkan ibu Megawati berhasil menjadi presiden pertama wanita di indonesia walaupun masa jabatan beliau tidak begitu lama.
Memang pendidikan adalah senjata andalan ketika seseorang ingin terlepas dari belenggu kebodohan, kartini lewat bukunya Door Duistermis tox Licht, atau yang biasa dikenal dengan Habis Gelap Terbitlah Terang, juga menuangkan cerita bagaimana wanita dulu berjuang lepas dari kebodohan dengan mendirikan sekolah khusus wanita.
Hingga saat inipun, sebagian besar dari kaum wanita di indonesia telah mengenyam pendidikan baik formal ataupun non formal, dengan caranya sendiri wanita indonesia kini mulai mengerti tentang pentingnya pendidikan.
Namun masih ada sebagian dari wanita indonesia yang belum terjamah pendidikan, walaupun prosentasenya tidak terlalu banyak, tetapi ini adalah pekerjaan rumah yang belum terselesaikan.
Sebagaimana adanya perceraian pada pernikahan dini, merupakan salah satu tidak adanya pengetahuan yang tidak dimiliki. Begitu juga terpuruknya buruh wanita, kasus buruh rokok di daerah kudus. Mereka hanya menjadi pesuruh tanpa diberi waktu untuk beristirahat. Target utama mereka adalah tuntas melinting bahan baku. Soal istirahat, tinggal mengatur waktunya, terserah mana suka. Hanya 30 menit. Itulah waktu bagi buruh rokok untuk makan siang ala kadarnya, ke kamar kecil, dan shalat. Setelah itu, tak banyak cingcong. Mereka kembali berkhidmat di depan mesin linting. Walaupun mereka bekerja dengan waktu yang tiada henti, namun semua itu tidak sebanding dengan penghasilan yang mereka dapat. Lalu bagaimana dengan banyaknya kasus tenaga kerja wanita yang sering menjadi bulan-bulanan para majikan. Memang tujuan utam
a mereka adalah bekerja untuk menambah pengahasilan bagi keluarga. Dan memang kartini juga memperjuangan hak wanita untuk selalu bisa berkarya dan berprestasi.
Tetapi jika kasus-kasus tersebut masih ada dan terjadi, maka angka perceraian juga semakin tingginya angka masyarakat yang tertinggal dari pemdidikan ataupun pengetahuan akan semakin meningkat, dan ini artinya perjuangan kartini saat ini belumlah berakhir dan masih berlanjut.
Oleh karena itu tidaklah berlebihan bila untuk meneruskan perjuangan kartini dengan menjadikan diri kita berguna bagi masyarakat, terutama menjadikan wanita adalah sosok pintar dalam segala hal. Karena wanita dalam setiap langkahnya adalah panutan bagi keluarga, masyarakat dan terutama bagi dirinya sendiri. zhu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar