Selasa, 01 Juni 2010

Kata Mereka


dr. Adityawati : 85% kanker disebabkan oleh faktor lingkungan sedangkan 15% sisanya disebabkan faktor genetis. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang ada di luar kemudian masuk ke dalam tubuh manusia, seperti gaya hidup, asap rokok yang dihirup oleh perokok pasif, polusi udara dan industri, serta eksposure zat-zat kimiawi. "Semua faktor lingkungan itu dapat membawa radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh Oleh karena itu kita harus banyak mengkonsumsi anti oksidan," tegasnya.

Dr. Adityawati memberikan perhatian khusus pada gaya hidup, yaitu makanan yang dikonsumsi. Menurutnya makanan yang sering dikonsumsi cenderung makanan yang tinggi lemak kimiawi dan kurang serat. Makanan yang tinggi lemak dapat mengakibatkan obesitas yang juga menjadi penyebab terjadinya kanker. "Makanan lebih sulit untuk dikontrol dan dicegah karena itu tergantung pada kebiasaan pola makan tiap individu," ungkapnya. Untuk itu dr. Adityawati mengingatkan untuk memperhatikan cara memasak, temperatur dan lamanya waktu ketika memasak. "You are what you eat," tegasnya mengakhiri presentasi.

Di sesi selanjutnya, dr. Adrian menjelaskan dengan lebih detail apa yang dimaksud dengan kanker serviks dan bahayanya. Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim yang disebabkan virus Human Papiloma (HPV). "50% penderita kanker serviks di Indonesia berakhir dengan kematian," ungkap staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (FK Unikrida) ini. Yang lebih membahayakan pada stadium awal, penyakit ini tidak menunjukkan gejala ataupun tanda khusus, sehingga banyak wanita yang tidak sadar bahwa dirinya sudah terinfeksi HPV atau bahkan telah menularinya kepada orang lain. Lebih lanjut pria yang mengambil program kedokterannya di FK Universitas Katolik Atmajaya ini menjelaskan walaupun yang menderita penyakit ini adalah wanita, namun pria juga bisa menjadi faktor yang menyebabkan munculnya kanker serviks. "Kebanyakan kanker serviks ditularkan melalui hubungan suami istri.

Untuk itu bagi wanita yang telah aktif secara seksual, wajib menjalani tes papsmear untuk sebagai langkah deteksi dini terhadap penyakit ini," sarannya. Ia pun menegaskan wanita yang belum aktif secara seksual, kecil kemungkinan menderita kanker serviks, oleh sebab itu tidak disarankan untuk melakukan tes papsmear. "Ini berdasarkan penelitian ilmiah yang pernah dilakukan terhadap para biarawati. Setelah dites papsmear, tidak ditemukan satu pun di antara mereka yang terdeteksi kanker serviks," ujarnya. Di akhir presentasinya, dr. Adrian memberikan informasi untuk mencegah kanker serviks. Menurutnya ada dua cara yang bisa dilakukan, yaitu dengan menyuntikkan vaksin dan tes papsmear. Vaksin HPV bisa diperoleh di hampir seluruh rumah sakit dan tempat praktek dokter dan akan diberikan sebanyak tiga kali. "Tapi pemberian vaksin ini tidak dianjurkan bagi wanita yang sedang hamil atau ingin memiliki anak," tuturnya mengakhiri presentasi. Ira Wibowo, selaku Duta Kanker Serviks hadir untuk menyosialisasikan kampanye bertajuk Everyting I Can sebagai bentuk perjuangan melawan kanker serviks.

"Kita harus melakukan semua yang kita mampu untuk mencegah penyakit ini," tegasnya. Ira mengatakan masyarakat masih banyak yang merasa tidak nyaman untuk datang dan melakukan tes papsmear. "Justru malah jangan sampai ditunggu hingga ada gejala baru bergerak ke dokter untuk memeriksakannya. Biasanya itu sudah terlambat,”, ungkapnya. Di akhir kampanyenya, Ira mengajak semua pengunjung untuk turut serta menjadi duta kanker serviks dan menyosialisasikan bahayanya penyakit ini. "Tidak hanya mereka yang ditunjuk secara resmi sebagai duta saja yang bisa berperan aktif, kita pun juga bisa. Misalnya dengan menggunakan jejaring sosial di dunia maya,"tuturnya menutup kampanye. Acara ini diakhiri dengan pemilihan Duta Kanker Serviks FISIP dan penampilan grup vocal Tangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar